Jumat, 25 Februari 2011

Tugas Softskill 2

Tugas Softskill 2
Nama : Angga Kurniawantoro
NPM : 10208136
Kelas : 3EA10
Mata Kuliah : B.Indonesia 2

Perbedaan Karangan Ilmiah, Semi Ilmiah, dan Non-Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tradisi keilmuan menuntut para calon ilmuan (mahasiswa/i) bukan sekadar menjadi penerima ilmu. Akan tetapi, sekaligus sebagai pemberi (penyumbang) ilmu atau ide. Dengan demikian, tugas kaum intelektual dan cendikiawan tidak hanya dapat membaca, tetapi juga harus dapat menulis tentang tulisan-tulisan ilmiah. Apalagi bagi seorang mahasiswa sebagai calon ilmuan wajib menguasai tata cara menyusun karya ilmiah. Ini tidak terbatas pada teknik, tetapi juga praktik penulisannya. Karangan memiliki berbagai macam, diantaranya: karangan ilmiah, karangan semi ilmiah, dan karangan non-ilmiah. Setiap karangan memiliki cirri-cirinya sehingga memudahkan penulis untuk menentukan jenis karangan yang ingin dikerjakan. Karangan dapat bertujuan Untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para pembacanya.

1.2 Masalah


1. Apa pengertian karangan ilmiah, semi ilmiah, dan non-ilmiah?
2. Apa ciri-ciri karangan ilmiah, semi ilmiah, dan non-ilmiah?
3. Apa jenis-jenis karangan?

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Karangan


Karangan merupakan suatu karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami dan dimengerti.

2.2 Jenis-Jenis Karangan

a. Narasi
Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur.
Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Narasi yang berisi fakta disebut narasi ekspositoris, sedangkan narasi yang berisi fiksi disebut narasi sugestif. Contoh narasi ekspositoris adalah biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Sedangkan contoh narasi sugestif adalah novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.
Pola narasi secara sederhana berbentuk susunan dengan urutan awal – tengah – akhir.
1. Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca.
2. Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu diarahkan menuju klimakscerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda.
3. Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.
Ciri-ciri karangan narasi adalah :
1. Menggunakan urutan waktu dan tempat yang berhubungan secara kausalitas.
2. Terdapat unsur tokoh yang digambarkan mempunyai perwatakan yang jelas.
3. Terdapat alur cerita, setting dan konflik.
Langkah menyusun narasi (terutama yang berbentuk fiksi) cenderung dilakukan melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide. Oleh karena itu, cerita dirangkai dengan menggunakan “rumus” 5 W + 1 H, yang dapat disingkat menjadi adik simba.
1. (What) Apa yang akan diceritakan,
2. (Where) Di mana seting atau lokasi ceritanya,
3. (When) Kapan peristiwa-peristiwa berlangsung,
4. (Who) Siapa pelaku ceritanya,
5. (Why) Mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan
6. (How) Bagaimana cerita itu dipaparkan.
Contoh narasi berisi fakta:

Ir. Soekarno
Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama adalah seorang nasionalis. Beliau memimpin PNI pada tahun 1928. Soekarno menghabiskan waktunya di penjara dan di tempat pengasingan karena keberaniannya menentang penjajah.
Soekarno mengucapkan pidato tentang dasar-dasar Indonesia merdeka yang dinamakan Pancasila pada siding BPUPKI tanggal 1 Juni 1945. Soekarno bersama Mohammad Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948. Soekarno dikembalikan ke Yogya dan dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden RI pada tahun 1949.
Jiwa kepemimpinan dan perjuangannya tidak pernah pupus. Soekarno bersama pemimpin-pemimpin negara lainnya menjadi juru bicara bagi negara-negara nonblok pada Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Hampir seluruh perjalanan hidupnya dihabiskan untuk berbakti dan berjuang.
Contoh narasi fiksi:
Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa.
Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga?
Ada yang berdegup keras di dalam dada, namun kuusahakan untuk menepiskannya. Jangan, Bowo, sergah hatikecilku, jangan biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Ratri, dia tengah menunggu kepulanganmu dengan segenap cintanya.

b. Deskripsi
Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.
Karangan deskripsi memiliki ciri-ciri seperti :
1. Menggambarkan atau melukiskan sesuatu.
2. Penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera,
3. Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri karena unsur perasaan lebih tajam daripada pikiran
Pola pengembangan paragraf deskripsi antara lain :
1. Paragraf Deskripsi Spasial, paragraf ini menggambarkan objek kusus ruangan, benda atau tempat.
2. Paragraf Deskripsi Subjektif, paragraf ini menggambarkan objek seperti tafsiran atau kesan perasaan penulis.
3. Paragraf Deskripsi Objektif, paragraf ini menggambarkan objek dengan apa adanya atau sebenarnya.
Langkah menyusun deskripsi :
1. Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan
2. Tentukan tujuan.
3. Mengumpulkan data dengan mengamati objek yang akan dideskripsikan.
4. Menyusun data tersebut ke dalam urutan yang baik (menyusun kerangka karangan).
5. Menguraikan kerangka karangan menjadi dekripsi yang sesuai dengan tema yang ditentukan
Contoh Narasi atau karangan deskripsi : Tepat pukul 06.00 aku terbangun, diiringi dengan suara-suara ayam yang berkokok seolah menyanyi sambil membangunkan orang-orang yang masih tidur. serta dapat ku lihat burung-burung yang berterbangan meninggalkan sarangnya untuk mencari makan.

c. Eksposisi
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasiatau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah, cara, atau proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.
Ciri-ciri karangan eksposisi yaitu :
1. Memberikan informasi kepada pembaca.
2. Adanya fakta dan informasi.
3. Berfungsi untuk memperjelas apa yang akan disampaikan.
Langkah menyusun eksposisi sebagai berikut :
1. Menentukan topik atau tema.
2. Menetapkan tujuan.
3. Mengumpulkan data dari berbagai sumber.
4. Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih.
5. Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.
Contoh topik yang tepat untuk eksposisi :
1. Manfaat kegiatan ekstrakurikuler.
2. Peranan majalah dinding di sekolah.
3. Sekolah kejuruan sebagai penghasil tenaga terampil.
Contoh karangan eksposisi pada umumnya :
Pada dasarnya pekerjaan akuntan mencakup dua bidang pokok, yaitu akuntansi dan auditing. Dalam bidang akuntasi, pekerjan akuntan berupa pengolahan data untuk menghasilkan informasi keuangan, juga perencanaan sistem informasi akuntansi yang digunakan untuk menghasilkan informasi keuangan. Dalam bidang auditing pekerjaan akuntan berupa pemeriksaan laporan keuangan secara objektif untuk menilai kewajaran informasi yang tercantum dalam laporan tersebut.

d. Argumentasi
Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat atau kesimpulan dengan data atau fakta sebagai alasan atau bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut.
Ciri-ciri karangan argumentasi yaitu :
1. Terdapat pernyataan, idea tau gagasan yang dikemukakan.
2. Pembenaran berdasarkan fakta dan data yang disampaikan.
Langkah menyusun argumentasi :
1. Menentukan topik atau tema.
2. Menetapkan tujuan.
3. Mengumpulkan data dari berbagai sumber.
4. Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih.
5. Mengembangkan kerangka menjadi karangan argumentasi.
Contoh tema atau topik yang tepat untuk argumentasi :
1. Disiplin kunci sukses berwirausaha.
2. Teknologi komunikasi harus segera dikuasai.
3. Sekolah Menengah Kejuruan sebagai aset bangsa yang potensial.
Contoh karangan argumentasi pada umumnya :
Jiwa kepahlawanan harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan karena dengan jiwa kepahlawanan, pembangunan di negara kita dapat berjalan dengan sukses. Jiwa kepahlawanan akan berkembang menjadi nilai-nilai dan sifat kepribadian yang luhur, berjiwa besar, bertanggung jawab, berdedikasi, loyal, tangguh, dan cinta terhadap sesama. Semua sifat ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pembangunan di berbagai bidang.

e. Persuasi
Karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.
Karangan ini mempunyai ciri-ciri:
1. Terdapat himbauan atau ajakan.
2. Berusaha mempengaruhi pembaca
Langkah menyusun persuasi :
1. Menentukan topik atau tema.
2. Merumuskan tujuan.
3. Mengumpulkan data dari berbagai sumber.
4. Menyusun kerangka karangan.
5. Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan persuasi.
Contoh tema atau topik yang tepat untuk persuasi :
1. Katakan tidak pada NARKOBA.
2. Hemat energi demi generasi mendatang.
3. Hutan sahabat kita.
4. Hidup sehat tanpa rokok.
5. Membaca memperluas cakrawala.
Contoh karangan persuasi pada umumnya :
Salah satu penyakit yang perlu kita waspadai di musim hujan ini adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Untuk mencegah ISPA, kita perlu mengonsumsi makanan yang bergizi, minum vitamin dan antioksidan. Selain itu, kita perlu istirahat yang cukup, tidak merokok, dan rutin berolah raga.

2.3 Karangan Ilmiah

A. Pengertian Karangan Ilmiah
Karangan ilmiah
adalah salah satu jenis karangan yang berisi serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya.

B. Tujuan Karangan Ilmiah
Tujuan karangan ilmiah, antara lain: memberi penjelasan, memberi komentar atau penilaian, memberi saran, menyampaikan sanggahan, serta membuktikan hipotesa.
Jenis karangan ilmiah, diantaranya makalah, skripsi, tesis, disertasi dan laporan penelitian. Kalaupun jenisnya berbeda-beda, tetapi keempat-empatnya bertolak dari laporan, kemudian diberi komentar dan saran. Perbedaannya hanya terletak pada kekompleksannya.

C. Ciri-Ciri Karangan Ilmiah, antara lain:
Kejelasan adalah semua yang dikemukakan tidak samar-samar, pengungkapan maksudnya tepat dan jernih.
1. Kelogisan adalah keterangan yang dikemukakan masuk akal.
2. Kelugasan adalah pembicaraan langsung pada hal yang pokok.
3. Keobjektifan adalah semua keterangan benar-benar aktual, apa adanya.
4. Keseksamaan adalah berusaha untuk menghindari diri dari kesalahan atau kehilafan betapapun kecilnya.
5. Kesistematisan adalah semua yang dikemukakan disusun menurut urutan yang memperlihatkan kesinambungan.
6. Ketuntasan adalah segi masalah dikupas secara mendalam dan selengkap-lengkapnya.

D. Syarat Karangan Ilmiah
1. Penulisannya berdasarkan hasil penelitian.
2. Pembahasan masalahnya objektif sesuai dengan fakta.
3. Karangan mengandung masalah yang sedang dicarikan pemecahannya.
4. Baik dalam penyajian maupun dalam pemecahan masalah digunakan metode tertentu.
5. Bahasanya harus lengkap, terperinci, teratur dan cermat.
6. Bahasa yang digunakan hendaklah benar, jelas, ringkas, dan tepat sehingga tidak terbuka kemungkinan bagi pembaca untuk salah tafsir.

2.4 Karangan Non-Ilmiah atau Fiksi

A. Pengertian Karangan Non-Ilmiah

Karangan non-ilmiah
adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.
Jenis karangan non-ilmiah, diantaranya anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, novel, puisi, naskah, drama, dan roman.

B. Ciri-Ciri Karangan Non-Ilmiah :
a. Ditulis berdasarkan fakta pribadi.
b. Fakta yang disimpulkan subyektif.
c. Gaya bahasa konotatif dan popular.
d. Tidak memuat hipotesis.
e. Penyajian dibarengi dengan sejarah.
f. Bersifat imajinatif.
g. Situasi didramatisir.
h. Bersifat persuasif.

2.5 Karangan Semi Ilmiah atau Populer

A. Pengertian Karangan Ilmiah Populer

Karangan ilmiah popular
adalah karangan yang berisi infomasi faktual yang diungkapkan dengan bahasa semiformal, tetapi sepenuhnya mengikuti metode ilmiah sintesis-analitis dan sering dibumbui dng opini penulis yang kadang-kadang subjektif. Jenis karangan semi ilmiah, diantaranya artikel, editorial, opini, fitur (feature),tips, reportase.

B. Ciri-Ciri Karangan Semi Ilmiah
a. Ditulis berdasarkan fakta pribadi.
b. Fakta yang disimpulkan subyektif.
c. Gaya bahasa formal dan popular.
d. Mementingkan diri penulis.
e. Melebihkan-lebihkan sesuatu.
f. Usulan-usulan bersifat argumentative.
g. Bersifat persuasif.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan


Dari hasil penulisan diatas mengenai perbedaan karangan, dapat disimpulkan bahwa karangan adalah suatu karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Penulisan karangan ilmiah, semi ilmiah maupun non-ilmiah memiliki ciri-ciri yang berbeda. Hal tersebut, untuk mempermudah penulis menentukan jenis karangan yang dibuat dan mempermudah para pembacanya.

3.2 Daftar Pustaka

Brotowidjoyo, M. D. 1995. Penulisan Karangan Ilmiah. Edisi Kedua. Akademika Pressindo. Jakarta.
Halim, Amran. 1983. Pembinaan Bangsa Indonesia. Gramedia. Jakarta
http://id.wikipedia.org/wiki/Karangan
Rifai, M. A. 1995. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan dan Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia. UGM Press, Yogyakarta.

Tugas Softskill 1

Tugas Softskill 1
Nama : Angga Kurniawantoro
NPM : 10208136
Kelas : 3EA10
Mata Kuliah : B.Indonesia 2

Penalaran

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mahasiswa diarahkan dan dikondisikan agar mereka mampu berfikir kritis analitis dan mempunyai sikap ilmiah yang realistis. Pembinaan penalaran juga merupakan wahana penempaan proses belajar yang di kelak kemudian hari menumbuhkan suatu sistem sintesis ide-ide kreatif yang berguna bagi lingkungannya. Pengetahuan baru yang benar tersebut merupakan pengetahuan yang dapat diterima oleh akal sehat dan berdasarkan fakta empirik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pencarian pengetahuan yang benar harus berlangsung menurut prosedur atau kaedah hukum, yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan penalaran dan pengetahuan yang benar dapat disebut dengan pengetahuan ilmiah.

Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif. Kedua penalaran tersebut, seolah-olah merupakan cara berpikir yang berbeda dan terpisah. Tetapi dalam prakteknya, antara berangkat dari teori atau berangkat dari fakta empirik merupakan lingkaran yang tidak terpisahkan. Kalau kita berbicara teori sebenarnya kita sedang mengandaikan fakta. Dengan demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu ujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika.

1.2 Masalah
a. Apa pengertian penalaran?
b. Apa yang dimaksud dengan proposisi?
c. Macam-macam proposisi?
d. Apa metode dalam penalaran?

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Penalaran

Penalaran
adalah suatu kegiatan, suatu proses, atau suatu aktivitas berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep, kesimpulan, pengertian atau membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasarkan pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).

2.2.1 Pengertian Proposisi
Proposisi
adalah suatu pernyataan yang dapat di buktikan benar salahnya.
Contoh : Matahari terbit dari arah timur kearah barat

2.2.2 Macam-Macam Proposisi antara lain:
1. Proposisi Sintetik adalah suatu lukisan dari kenyataan empirik maka untuk menguji benar salahnya dapat diukur berdasarkan sesuai dengan kenyataan empiriknya. Contoh : Gula itu manis.
2. Proposisi Kategorik adalah suatu proposisi yang mengandung pernyataan tanpa adanya syarat. Contoh : Dian sedang sakit.
3. Proposisi Hipotetik adalah suatu proposisi kebenaran yang dinyatakan justru digantungkan pada syarat tertentu.
Proposisi hipotetik mempunyai dua bentuk yaitu :
1. Bila A adalah B maka A adalah C
Contoh : Bila Hasan rajin ia akan naik kelas.
1. Bila A adalah B maka C adalah D
Contoh : Bila hujan, saya naik becak.
4. Proposisi Disyungtif. Seperti juga Proposisi hipotetik, proposisi disyungtif ada hakikatnya juga terdiri dari dua buah proposisi kategorik. Ada dua bentuk proposisi disyungtif yaitu proposisi disyungtif sempurna dan proposisi disyungtif tidak sempurna. Proposisi disyungtif sempurna mempunyai alternatif kontradiktif sedangkan Proposisi disyungtif tidak sempurna alternatifnya tidak berbentuk kontradiktif. Rumus pertama adalah :
A mungkin B mungkin non B, seperti :
Listi berbaju merah atau berbaju non-merah.
Semangka itu mungkin berbiji atau non-berbiji.
Adapun untuk rumus kedua adalah :
A mungkin B mungkin C, seperti :
Ira berbaju biru atau berbaju hitam.
Budi di lapangan atau di rumah.

2.3 Metode dalam Penalaran
Ada dua jenis metode dalam penalaran atau menalar antara lain :
a. Metode Induktif
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang bersifat khusus ke umum (general).
Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.
Macam-Macam Penalaran Induktif :
1. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
2. Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
3. Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada. Contohnya pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.
4. Hubungan sebab akibat atau hubungan kausal ialah hubungan keterkaitan atau ketergantungan dari dua realitas, konsep, gagaasan, ide, atau permsalahan. Suatu kegiatan tidak dapat mengalami suatu akibat tanpa disertai sebab, atau sebaliknya suatu kegiatan tidak dapat menunjukkan suatu sebab bila belum mengalami akibat.
5. Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.

Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.

b. Metode Deduktif
Metode berpikir deduktif
adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.

Macam-Macam Silogisme :
1. Silogisme Kategorial adalah silogisme yang disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
2. Silogisme Hipotesis adalah silogisme yang memiliki premis mayor berupa proposisi hipotetis (jika), sementara premis minor dan kesimpulannya berupa proposisi kategoris.
3. Silogisme Alternative adalah Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.

Entimem merupakan bentuk singkat silogisme dengan jalan mengubah format yang disederhanakan, tanpa menampilkan premis mayor. Bentuk silogisme ini bisa dimunculkan dalam dua cara: 1) C=B karena C=A, dan 2) Karena C=A, berarti C=B. Bentuk penalaran ini bisa dikembangkan dalam format yang lebih detail bagian per bagian yang akan memperbanyak gagasan dan konsep. Hubungan logis memegang peran utama dalam penalaran tipe ini. Pada umumnya entimem dimulai dari kesimpulan, hanya saja ada alternatif mengemukakan sebab untuk sampai kepada kesimpulan.

2.4 Konsep dan Simbol dalam Penalaran

Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.
Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama-sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.

2.5 Syarat-Syarat Kebenaran dalam Penalaran

Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat-syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
1. Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
2. Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan-aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan


Dari hasil penulisan diatas mengenai penalaran, dapat disimpulkan bahwa penalaran adalah suatu kegiatan, proses, atau aktivitas berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep, kesimpulan, pengertian atau membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasarkan pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya. Selain itu, pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.

3.2 Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
Soekardijo, R.G. (1988). Logika Dasar, Tradisionil, Simbolik dan Induktif. Jakarta: Gramedia.