Nama : Angga Kurniawantoro
NPM : 10208136
Kelas : 3EA10
Mata Kuliah : B.Indonesia 2
Abstrak
1.1 Pengertian Abstrak
Pengertian abstrak secara umum adalah inti sari tulisan, meliputi latar belakang penelitian secara ringkas, tujuan, metode, hasil dan kesimpulan penelitian dan panjang abstrak maksimum 150-200 kata dan dilengkapi dengan kata kunci.
Pengertian abstrak Menurut American National Standards Institute (1979), abstrak adalah representasi dari isi dokumen yang singkat dan tepat dari kandungan dokumen yang mencakup semua hal yang penting dari dokumen asli, biasanya mengikuti gaya, susunan seperti pada dokumen asli. Abstrak merupakan bentuk ringkas dari isi suatu dokumen yang terdiri atas bagian-bagian penting dari suatu tulisan, dan mendeskripsikan isi dan cakupan dari tulisan.
1.2 Tujuan Abstrak
Tujuan abstrak adalah untuk menjelaskan secara singkat kepada pembaca tentang apa yang terdapat dalam suatu tulisan. Selain itu, abstrak memungkinkan pembaca untuk membaca literatur dalam jumlah yang besar. Hal ini sangat bermanfaat untuk menghindari terjadinya duplikasi dalam penelitian dan pengembangan.
1.3 Jenis Abstrak
Abstrak dikelompokkan menjadi dua jenis, antara lain:
1.3.1 Abstrak Deskriptif
Abstrak Deskriptif adalah jenis abstrak yang hanya menyajikan suatu uraian yang sangat singkat tentang isi tulisan tanpa menyatakan apa yang dibahas dalam aspek-aspek yang tercakup pada tulisan itu sendiri. Abstrak cukup disusun dalam kalimat tunggal sehingga Abstrak tidak memerlukan perincian yang bersifat detil ataupun contoh yang bersifat ilustratif. Pada abstrak penulis hanya menyajikan hal-hal yang bertalian dengan topik atau menyajikan semata-mata tentang problematika yang terdapat dalam tulisannya.
1.3.2 Abstrak Informatif
Abstrak Informatif dibagi menjadi dua jenis, antara lain:
1. Abstrak Informatif Ringkasan (Precise)
Ringkasan merupakan penyajian singkat tentang isi tulisan dengan memperlihatkan urutan dari isi atau bab-bab yang terdapat dalam tulisan. Dalam bentuknya yang singkat itu, urutan tentang isi atau bab-bab tulisan disajikan secara proporsional. Pada prinsipnya di dalam ringkasan, gagasan dan pendekatan penulis telah tampak dan problematika berikut upaya pemecahan yang ada dalam tulisan disajikan berurutan sesuai bab-bab yang ada. Ada kalanya ilustrasi juga disertakan dalam ringkasan.
2. Abstrak Informatif Ikhtisar (Summary)
Abstrak yang berbentuk ikhtisar sebenarnya sering digunakan para penulis dalam membuat kutipan secara tidak langsung ataupun di dalam menyimpulkan suatu uraian. Sebagai salah satu bentuk abstrak, ikhtisar juga merupakan penyajian singkat tentang isi tulisan namun tidak mempertahankan urutan bab-bab yang ada seperti halnya pada ringkasan. Dengan demikian, problematika dan upaya pemecahan yang tersaji dalam tulisan dijelaskan secara ringkas dan bebas tanpa memberikan penjelasan mengenai isi dari seluruh tulisan secara proporsional. Ilustrasi pun kadang juga diperlukan dalam sebuah ikhtisar.
1.4 Sifat Abstrak
Abstrak memiliki beberapa sifat antara lain:
1. Ringkas: menyatakan atau menjelaskan dengan cara menggunakan kata atau kalimat yang ringkas dan terhindar dari ekspresi yang berlebihan (Redundancy).
2. Jelas: menggunakan kata atau kalimat yang jelas dan terhindar dari arti ganda (Ambiguity).
3. Tepat: menggunakan ekspresi yang tepat dan spesifik dalam menggambarkan isi dokumen.
4. Berdiri sendiri: deskripsi dari dokumen digambarkan secara lengkap dan dapat dimengerti sepenuhnya tanpa harus merujuk pada dokumen lain.
5. Objektif: terhindar dari interpretasi dan penilaian pribadi.
1.5 Kesimpulan
Dari penulisan di atas mengenai abstrak dapat disimpulkan bahwa abstrak adalah suatu ringkasan yang dijelaskan secara singkat, jelas, dengan menyertakan kata kunci mengenai penelitian maupun penulisan yang dibuat oleh penulisnya yang bertujuan untuk memberitahu kepada para pembacanya. Abstrak terbagi menjadi dua jenis yaitu: Abstrak Deskriptif dan Abstrak Informatif terdapat dua jenis antara lain: Abstrak Informatif yang berbentuk ringkasan dan Abstrak Informatif yang berbentuk Ikhtisar.
1.6 Daftar Pustaka
http://paul02583.wordpress.com/2008/05/14/menuju-kepuasan-pelanggan-melalui-penciptaan-kualitas-pelayanan-2/
http://staf.cs.ui.ac.id/WebKuliah/Scientific-Writing/Abstrak.ppt
1.7 Contoh Abstrak
MENUJU KEPUASAN PELANGGAN
MELALUI PENCIPTAAN KUALITAS PELAYANAN
Julita, SE.,
Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Abstrak
Orientasi perusahaan modern adalah menciptakan kepuasan bagi para pelanggan. Pelanggan pelanggan yang puas akan memberikan loyalitas yang tinggi kepada perusahaan. Kepuasan pelanggan dapat dicapai melalui penciptaan pelayanan yang berkualitas tinggi, dalam hal kenyataan, janji, perhatian, empati, dan jaminan. Jika kepuasan pelanggan tinggi akan memberikan keuntungan dalam jangka panjang demi kelangsungan organisasi.
Kata Kunci: Kualitas Pelayanan, Kepuasan Pelanggan.
Jumat, 27 Mei 2011
Kamis, 26 Mei 2011
Tugas Softskill 5
Nama : Angga Kurniawantoro
NPM : 10208136
Kelas : 3EA10
Mata Kuliah : B.Indonesia 2
Resensi
1.1 Pengertian Resensi
Resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere. Artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai. Arti yang sama untuk istilah itu dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie, sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review. Tiga istilah itu mengacu pada hal yang sama, yakni mengulas buku. Tindakan meresensi dapat berarti memberikan penilaian, mengungkap kembali isi buku, membahas, atau mengkritik buku. Dengan pengertian yang cukup luas itu, maksud ditulisnya resensi buku tentu menginformasikan isi buku kepada masyarakat luas.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia mengartikan resensi sebagai ”Pertimbangan atau pembicaraan buku, ulasan buku Gorys Keraf mendefinisikan resensi sebagai ”Suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku” (Keraf, 2001 : 274).
1.2 Tujuan Resensi
Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.
1.3 Unsur-Unsur Penyusunan Resensi
Menurut Daniel Samad (1997: 7-8) menjelaskan unsur-unsur resensi sebagai berikut:
a. Menentukan Judul Resensi
Judul resensi diharuskan menarik dan benar-benar menjiwai seluruh tulisan, tidak harus ditetapkan terlebih dahulu. Judul dapat dibuat sesudah resensi selesai.
b. Menyusun Data Buku Resensi
Penyusunan data buku sangatnya penting, hal ini untuk memberitahu kepada para pembacanya dan mudah diingat. Dalam hal ini, biasanya meliputi sebagai berikut: judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit beserta cetakannya (cetakan ke berapa), tebal buku, dan harga buku.
c. Membuat Pembukaan
Pembuatan pembukaan suatu resensi meliputi: memperkenalkan pengarangnnya, membandingkan antara karyanya berupa buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pengarang lain, merumuskan tema buku, mengungkapkan kritik terhadap kelebihan dan kelemahan bukunya.
d. Isi Resensi Buku
Isi resensi antara lain: sinopsis, ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya, keunggulan buku, kelemahan buku, rumusan kerangka buku, tinjauan bahasa yang digunakan.
e. Penutup Resensi Buku
Penutup resensi buku berisikan kesimpulan dari resensi buku yang dibuatnya.
1.4 Penutup
1.4.1 Kesimpulan
Resensi adalah suatu karangan atau tulisan yang mencakup judul, identitas buku, pembukaan mengenai kepengarangan, isi resensi, dan penutup resensi tersebut yang diberikan kepada para pembaca, agar menarik minat para pembaca untuk menbacanya dan membelinya.
1.4.2 Daftar Pustaka
http://ulas-buku.blogspot.com/2010/11/sisi-tak-terungkap-sejarah-bangsa.html
Contoh Resensi:
Sisi Tak Terungkap Sejarah Bangsa
Judul : Menguak Misteri Sejarah
Penulis : Asvi Warman Adam
Penerbit : Penerbit Buku Kompas
Terbit : I, 2010
Halaman : xii + 292 Halaman
Harga : Rp. 40.800
Sebuah historiografi sulit untuk netral. Berbagai kepentingan selalu berlibat-libat di situ. Jadi tidak mudah untuk mengetahui sejarah dengan lurus. Metodologi penulisan yang ketat menjadi sebuah keharusan di situ.
Buku yang ditulis oleh Asvi Warman Adam ini memang tidak berpretensi untuk meluruskan sekian banyak peritiwa sejarah yang terjadi di tanah air. Namun, dari artikel-artikel yang ditulisnya, pembaca dapat mengetahui kisah-kisah tidak terungkap sampai persolan-persoalan yang terkait dalam sejarah Indonesia.
Membaca kisah-kisah tidak terungkap dalam buku ini, pembaca akan merasa seperti menikmati mozaik sejarah yang belum banyak diketahui secara luas. Sebut saja kisah mengenai Ibrahim Yacoob yang pernah menggagas penyatuan Malaysia ke Indonesia (halaman 32-35).
Meskipun gagasan itu tidak pernah terwujud, namun pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa itu ialah, masih dapat dilakukannya kerja sama positif antara Malaysia dan Indonesia. Jadi, seruan perang ketika hubungan antara keduanya memanas, bukanlah rekomendasi yang tepat.
Tentu saja hubungan antara keduanya harus dilakukan dengan menghormati prinsip-prinsip kesejajaran. Lebih penting lagi, kerja sama itu harus mendatangan manfaat dan keuntungan bagi kedua belah pihak secara seimbang.
Contoh mozaik lainnya adalah bahwa Pramoedya Ananta Toer, yang pernah dicalonkan sebagai penerima hadiah Nobel, ternyata tidak hanya seorang sastrawan, tetapi juga seorang sejarawan.
Dalam catatan Asvi, Pramoedya pernah mengumpulkan sejumlah bahan tulisan mengenai gerakan nasionalis yang terjadi antara tahun 1898-1918. Bahan yang disusun oleh Pramoedya tersebut kemudian menjadi diktat kuliah yang diberi judul Sejarah Modern Indonesia.
Menurut Asvi wajar jika Pramoedya disebut sebagai sejarawan, sebab ia selalu membawa peristiwa sejarah dengan perspektif baru. Di sinilah Pramoedya berusaha mengurangi cara kekuasaan "mengonstruksi" kebenaran. Baginya fakta adalah rekan kekuasaan.
Banyak topik menarik seputar sejarah dan penulisan sejarah yang ditulis dalam buku ini, mulai dari kontroversi pemberian gelar pahlawan, terlupakannya orang-orang penting dalam sejarah, hingga berbagai percikan persoalan seputar sejarah bangsa.
Sejumlah materi yang disampaikan dalam buku ini pun terbilang aktual, misalnya saja simpul-simpul masalah seputar kasus bank Century hingga perdebatan mengenai pemberian gelar pahlawan. Inilah yang membuat buku ini "dekat" dengan kekinian.
Dari kumpulan tulisan Asvi ini sebenarnya pembaca dapat memahami bahwa penulisan sejarah tidak pernah lurus, artinya selalu ada kekuasaan yang menempel padanya.
Tidak mengherankan jika kemudian penulisan sejarah selalu memihak kepada kekuasaan. Bergantinya rezim akan berganti pula penulisan sejarah, di sana ada mistifikasi fakta maupun kebenaran yang ditutup-tutupi. Wajar saja jika sejarah dibaluti kontroversi serta misteri tak terungkap.
Dalam buku ini beberapa kali terjadi pengulangan "cerita" dalam tulisan yang berbeda. Penyebabnya, tulisan-tulisan tersebut merupakan artikel yang satu sama lain sebenarnya terpisah. Jika saja proses editing dilakukan dengan baik, mungkin hal itu tidak akan terjadi.***
Dimuat di HU KORAN JAKARTA, November 2010
a. Kekurangan Resensi
Beberapa kali terjadi pengulangan "cerita" dalam tulisan yang berbeda.
b. Kelebihan Resensi
Sejumlah materi yang disampaikan dalam buku ini pun terbilang aktual,
c. Kesimpulan Resensi
Kesimpulan dalam resensi ini adalah bahwa penulisan sejarah tidak pernah lurus, artinya selalu ada kekuasaan yang menempel padanya.
NPM : 10208136
Kelas : 3EA10
Mata Kuliah : B.Indonesia 2
Resensi
1.1 Pengertian Resensi
Resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere. Artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai. Arti yang sama untuk istilah itu dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie, sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review. Tiga istilah itu mengacu pada hal yang sama, yakni mengulas buku. Tindakan meresensi dapat berarti memberikan penilaian, mengungkap kembali isi buku, membahas, atau mengkritik buku. Dengan pengertian yang cukup luas itu, maksud ditulisnya resensi buku tentu menginformasikan isi buku kepada masyarakat luas.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia mengartikan resensi sebagai ”Pertimbangan atau pembicaraan buku, ulasan buku Gorys Keraf mendefinisikan resensi sebagai ”Suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku” (Keraf, 2001 : 274).
1.2 Tujuan Resensi
Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.
1.3 Unsur-Unsur Penyusunan Resensi
Menurut Daniel Samad (1997: 7-8) menjelaskan unsur-unsur resensi sebagai berikut:
a. Menentukan Judul Resensi
Judul resensi diharuskan menarik dan benar-benar menjiwai seluruh tulisan, tidak harus ditetapkan terlebih dahulu. Judul dapat dibuat sesudah resensi selesai.
b. Menyusun Data Buku Resensi
Penyusunan data buku sangatnya penting, hal ini untuk memberitahu kepada para pembacanya dan mudah diingat. Dalam hal ini, biasanya meliputi sebagai berikut: judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit beserta cetakannya (cetakan ke berapa), tebal buku, dan harga buku.
c. Membuat Pembukaan
Pembuatan pembukaan suatu resensi meliputi: memperkenalkan pengarangnnya, membandingkan antara karyanya berupa buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pengarang lain, merumuskan tema buku, mengungkapkan kritik terhadap kelebihan dan kelemahan bukunya.
d. Isi Resensi Buku
Isi resensi antara lain: sinopsis, ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya, keunggulan buku, kelemahan buku, rumusan kerangka buku, tinjauan bahasa yang digunakan.
e. Penutup Resensi Buku
Penutup resensi buku berisikan kesimpulan dari resensi buku yang dibuatnya.
1.4 Penutup
1.4.1 Kesimpulan
Resensi adalah suatu karangan atau tulisan yang mencakup judul, identitas buku, pembukaan mengenai kepengarangan, isi resensi, dan penutup resensi tersebut yang diberikan kepada para pembaca, agar menarik minat para pembaca untuk menbacanya dan membelinya.
1.4.2 Daftar Pustaka
http://ulas-buku.blogspot.com/2010/11/sisi-tak-terungkap-sejarah-bangsa.html
Contoh Resensi:
Sisi Tak Terungkap Sejarah Bangsa
Judul : Menguak Misteri Sejarah
Penulis : Asvi Warman Adam
Penerbit : Penerbit Buku Kompas
Terbit : I, 2010
Halaman : xii + 292 Halaman
Harga : Rp. 40.800
Sebuah historiografi sulit untuk netral. Berbagai kepentingan selalu berlibat-libat di situ. Jadi tidak mudah untuk mengetahui sejarah dengan lurus. Metodologi penulisan yang ketat menjadi sebuah keharusan di situ.
Buku yang ditulis oleh Asvi Warman Adam ini memang tidak berpretensi untuk meluruskan sekian banyak peritiwa sejarah yang terjadi di tanah air. Namun, dari artikel-artikel yang ditulisnya, pembaca dapat mengetahui kisah-kisah tidak terungkap sampai persolan-persoalan yang terkait dalam sejarah Indonesia.
Membaca kisah-kisah tidak terungkap dalam buku ini, pembaca akan merasa seperti menikmati mozaik sejarah yang belum banyak diketahui secara luas. Sebut saja kisah mengenai Ibrahim Yacoob yang pernah menggagas penyatuan Malaysia ke Indonesia (halaman 32-35).
Meskipun gagasan itu tidak pernah terwujud, namun pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa itu ialah, masih dapat dilakukannya kerja sama positif antara Malaysia dan Indonesia. Jadi, seruan perang ketika hubungan antara keduanya memanas, bukanlah rekomendasi yang tepat.
Tentu saja hubungan antara keduanya harus dilakukan dengan menghormati prinsip-prinsip kesejajaran. Lebih penting lagi, kerja sama itu harus mendatangan manfaat dan keuntungan bagi kedua belah pihak secara seimbang.
Contoh mozaik lainnya adalah bahwa Pramoedya Ananta Toer, yang pernah dicalonkan sebagai penerima hadiah Nobel, ternyata tidak hanya seorang sastrawan, tetapi juga seorang sejarawan.
Dalam catatan Asvi, Pramoedya pernah mengumpulkan sejumlah bahan tulisan mengenai gerakan nasionalis yang terjadi antara tahun 1898-1918. Bahan yang disusun oleh Pramoedya tersebut kemudian menjadi diktat kuliah yang diberi judul Sejarah Modern Indonesia.
Menurut Asvi wajar jika Pramoedya disebut sebagai sejarawan, sebab ia selalu membawa peristiwa sejarah dengan perspektif baru. Di sinilah Pramoedya berusaha mengurangi cara kekuasaan "mengonstruksi" kebenaran. Baginya fakta adalah rekan kekuasaan.
Banyak topik menarik seputar sejarah dan penulisan sejarah yang ditulis dalam buku ini, mulai dari kontroversi pemberian gelar pahlawan, terlupakannya orang-orang penting dalam sejarah, hingga berbagai percikan persoalan seputar sejarah bangsa.
Sejumlah materi yang disampaikan dalam buku ini pun terbilang aktual, misalnya saja simpul-simpul masalah seputar kasus bank Century hingga perdebatan mengenai pemberian gelar pahlawan. Inilah yang membuat buku ini "dekat" dengan kekinian.
Dari kumpulan tulisan Asvi ini sebenarnya pembaca dapat memahami bahwa penulisan sejarah tidak pernah lurus, artinya selalu ada kekuasaan yang menempel padanya.
Tidak mengherankan jika kemudian penulisan sejarah selalu memihak kepada kekuasaan. Bergantinya rezim akan berganti pula penulisan sejarah, di sana ada mistifikasi fakta maupun kebenaran yang ditutup-tutupi. Wajar saja jika sejarah dibaluti kontroversi serta misteri tak terungkap.
Dalam buku ini beberapa kali terjadi pengulangan "cerita" dalam tulisan yang berbeda. Penyebabnya, tulisan-tulisan tersebut merupakan artikel yang satu sama lain sebenarnya terpisah. Jika saja proses editing dilakukan dengan baik, mungkin hal itu tidak akan terjadi.***
Dimuat di HU KORAN JAKARTA, November 2010
a. Kekurangan Resensi
Beberapa kali terjadi pengulangan "cerita" dalam tulisan yang berbeda.
b. Kelebihan Resensi
Sejumlah materi yang disampaikan dalam buku ini pun terbilang aktual,
c. Kesimpulan Resensi
Kesimpulan dalam resensi ini adalah bahwa penulisan sejarah tidak pernah lurus, artinya selalu ada kekuasaan yang menempel padanya.
Langganan:
Postingan (Atom)