Jumat, 25 Februari 2011

Tugas Softskill 1

Tugas Softskill 1
Nama : Angga Kurniawantoro
NPM : 10208136
Kelas : 3EA10
Mata Kuliah : B.Indonesia 2

Penalaran

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mahasiswa diarahkan dan dikondisikan agar mereka mampu berfikir kritis analitis dan mempunyai sikap ilmiah yang realistis. Pembinaan penalaran juga merupakan wahana penempaan proses belajar yang di kelak kemudian hari menumbuhkan suatu sistem sintesis ide-ide kreatif yang berguna bagi lingkungannya. Pengetahuan baru yang benar tersebut merupakan pengetahuan yang dapat diterima oleh akal sehat dan berdasarkan fakta empirik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pencarian pengetahuan yang benar harus berlangsung menurut prosedur atau kaedah hukum, yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan penalaran dan pengetahuan yang benar dapat disebut dengan pengetahuan ilmiah.

Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif. Kedua penalaran tersebut, seolah-olah merupakan cara berpikir yang berbeda dan terpisah. Tetapi dalam prakteknya, antara berangkat dari teori atau berangkat dari fakta empirik merupakan lingkaran yang tidak terpisahkan. Kalau kita berbicara teori sebenarnya kita sedang mengandaikan fakta. Dengan demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu ujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika.

1.2 Masalah
a. Apa pengertian penalaran?
b. Apa yang dimaksud dengan proposisi?
c. Macam-macam proposisi?
d. Apa metode dalam penalaran?

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Penalaran

Penalaran
adalah suatu kegiatan, suatu proses, atau suatu aktivitas berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep, kesimpulan, pengertian atau membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasarkan pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).

2.2.1 Pengertian Proposisi
Proposisi
adalah suatu pernyataan yang dapat di buktikan benar salahnya.
Contoh : Matahari terbit dari arah timur kearah barat

2.2.2 Macam-Macam Proposisi antara lain:
1. Proposisi Sintetik adalah suatu lukisan dari kenyataan empirik maka untuk menguji benar salahnya dapat diukur berdasarkan sesuai dengan kenyataan empiriknya. Contoh : Gula itu manis.
2. Proposisi Kategorik adalah suatu proposisi yang mengandung pernyataan tanpa adanya syarat. Contoh : Dian sedang sakit.
3. Proposisi Hipotetik adalah suatu proposisi kebenaran yang dinyatakan justru digantungkan pada syarat tertentu.
Proposisi hipotetik mempunyai dua bentuk yaitu :
1. Bila A adalah B maka A adalah C
Contoh : Bila Hasan rajin ia akan naik kelas.
1. Bila A adalah B maka C adalah D
Contoh : Bila hujan, saya naik becak.
4. Proposisi Disyungtif. Seperti juga Proposisi hipotetik, proposisi disyungtif ada hakikatnya juga terdiri dari dua buah proposisi kategorik. Ada dua bentuk proposisi disyungtif yaitu proposisi disyungtif sempurna dan proposisi disyungtif tidak sempurna. Proposisi disyungtif sempurna mempunyai alternatif kontradiktif sedangkan Proposisi disyungtif tidak sempurna alternatifnya tidak berbentuk kontradiktif. Rumus pertama adalah :
A mungkin B mungkin non B, seperti :
Listi berbaju merah atau berbaju non-merah.
Semangka itu mungkin berbiji atau non-berbiji.
Adapun untuk rumus kedua adalah :
A mungkin B mungkin C, seperti :
Ira berbaju biru atau berbaju hitam.
Budi di lapangan atau di rumah.

2.3 Metode dalam Penalaran
Ada dua jenis metode dalam penalaran atau menalar antara lain :
a. Metode Induktif
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang bersifat khusus ke umum (general).
Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.
Macam-Macam Penalaran Induktif :
1. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
2. Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
3. Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada. Contohnya pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.
4. Hubungan sebab akibat atau hubungan kausal ialah hubungan keterkaitan atau ketergantungan dari dua realitas, konsep, gagaasan, ide, atau permsalahan. Suatu kegiatan tidak dapat mengalami suatu akibat tanpa disertai sebab, atau sebaliknya suatu kegiatan tidak dapat menunjukkan suatu sebab bila belum mengalami akibat.
5. Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.

Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.

b. Metode Deduktif
Metode berpikir deduktif
adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.

Macam-Macam Silogisme :
1. Silogisme Kategorial adalah silogisme yang disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
2. Silogisme Hipotesis adalah silogisme yang memiliki premis mayor berupa proposisi hipotetis (jika), sementara premis minor dan kesimpulannya berupa proposisi kategoris.
3. Silogisme Alternative adalah Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.

Entimem merupakan bentuk singkat silogisme dengan jalan mengubah format yang disederhanakan, tanpa menampilkan premis mayor. Bentuk silogisme ini bisa dimunculkan dalam dua cara: 1) C=B karena C=A, dan 2) Karena C=A, berarti C=B. Bentuk penalaran ini bisa dikembangkan dalam format yang lebih detail bagian per bagian yang akan memperbanyak gagasan dan konsep. Hubungan logis memegang peran utama dalam penalaran tipe ini. Pada umumnya entimem dimulai dari kesimpulan, hanya saja ada alternatif mengemukakan sebab untuk sampai kepada kesimpulan.

2.4 Konsep dan Simbol dalam Penalaran

Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.
Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama-sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.

2.5 Syarat-Syarat Kebenaran dalam Penalaran

Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat-syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
1. Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
2. Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan-aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan


Dari hasil penulisan diatas mengenai penalaran, dapat disimpulkan bahwa penalaran adalah suatu kegiatan, proses, atau aktivitas berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep, kesimpulan, pengertian atau membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasarkan pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya. Selain itu, pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.

3.2 Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
Soekardijo, R.G. (1988). Logika Dasar, Tradisionil, Simbolik dan Induktif. Jakarta: Gramedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar