Kamis, 07 April 2011

Tugas Softskill 4

Nama : Angga Kurniawantoro
NPM : 10208136
Kelas : 3EA10
Mata Kuliah : B.Indonesia 2


Laporan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan mempunyai peranan yang penting pada suatu organisasi, karena dalam suatu organisasi dimna hubungan antara atasan dan bawahan merupakan bagian dari keberhasilan organisasi tersebut. Dengan adanya hubungan antara perseorangan dalm suatu organisasi baik berupa hubungan antara atasan dan bawahan, ataupun antara sesame karyawan yang terjalin baik maka akan bisa mewujudkan suatu sistem Delegation of Authority dan pertanggungjawaban akan terlaksana secara efektif dan efisien.
Kerja sama di antara atasan dan bawahan bisa dilakukan, dibina melalui komunikasi baik yang berbentuk lisan maupun tulisan (laporan). Agar laporan tersebut bisa efektif mempunyai syarat-syarat yang perlu dipenuhi demi terbentunya laporan yang baik maka seorang perlu mengetahui secara baik bagaimana pembuatan format laporan yang sempurna. Sehingga dengan laporan yang terformat bagus akan bisa bermanfaat baik dalam komunikasi maupun dalam mencapai tujuan organisasi.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa pengertian laporan?
b. Bagaimana sistematika laporan?
c. Apa perbedaan proposal penelitian (ilmiah) dan proposal umum (semi ilmiah)?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui tentang laporan.
b. Untuk mengetahui sistematika laporan.
c. Untuk mengetahui perbedaan proposal penelitian (ilmiah) dan proposal umum (semi ilmiah).


BAB II
LANDASAN TEORI


2.1 Pengertian Laporan

Kata laporan terdiri dari kata dasar “Lapor” dan mendapatkan akhiran (sufiks) –an, yang dapat diberi arti sebagai segala sesuatu yang dilaporkan atau pemberitahuan tentang sesuatu. Pengertian laporan menurut The Oxford English Dictionary dalam kusumah, dkk adalah :
a. Cerita yang bawakan oleh seseorang kepada orang lain yang diteliti secara khusus.
b. Pernyataan format hasil penelitian, tentang sesuatu hal yang memerlukan informasi yang pasti, dibuat oleh seseorang atau sebuah lembaga atau harus melakukannya.

Menurut Siswanto memberikan batasan tentang laporan (report) yaitu sebagai informasi tertulis yang dimaksudkan sebagai pertanggungjawaban atas sesuatu penugasan. Laporan juga dapat dikatakan sebagai sesuatu macam dokumen yang disampaikan atau menyampaikan informasi mengenai sebuah masalah yang telah atau tengah diselidiki, dalam bentuk fakta-fakta yang diarahkan kepada pemikiran atau tindakan yang akan diambil.

Laporan mempunyai peranan yang penting pada suatu organisasi, karena dalam suatu organisasi dimna hubungan antara atasan dan bawahan merupakan bagian dari keberhasilan organisasi tersebut. Dengan adanya hubungan antara perseorangan dalm suatu organisasi baik berupa hubungan antara atasan dan bawahan, ataupun antara sesame karyawan yang terjalin baik maka akan bisa mewujudkan suatu sistem Delegation of Authority dan pertanggungjawaban akan terlaksana secara efektif dan efisien.
Kerja sama di antara atasan dan bawahan bisa dilakukan, dibina melalui komunikasi baik yang berbentuk lisan maupun tulisan (laporan). Agar laporan tersebut bisa efektif mempunyai syarat-syarat yang perlu dipenuhi demi terbentunya laporan yang baik maka seorang perlu mengetahui secara baik bagaimana pembuatan format laporan yang sempurna. Sehingga dengan laporan yang terformat bagus akan bisa bermanfaat baik dalam komunikasi maupun dalam mencapai tujuan organisasi.

2.2 Sistematika Penulisan Laporan Penelitian Ilmiah

Laporan Penelitian Ilmiah
Penulisan laporan penelitian ilmiah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan penelitian ilmiah. Karena penelitian ilmiah dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala atau fenomena secara menyeluruhdan kontekstual, maka laporan penelitian ilmiah haruslah mampu memberikan gambaran yang utuh dan kontekstual tehtang topik yang diteliti.

Laporan penelitian ilmiah terdiri atas tiga bagian utama, yakni bagian awal, bagian inti dari bagian akhir Bagian awal berisi abstrak kata pengantar. daftar isi. daftar tabel/Bagan. dan daftar lampiran. Bagian inti laporan berisi paparan tentang keseturuhan aktivitas penelitia yang dilakukan, dan bagian akhir berisi daftar rujukan serta lampiran-lampiran.

Format yang digunakan dalam menulis laporan penelitian kualitatif sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah.
2. Rumusan Masalah.
3. Tujuan Penelitian.

BAB II. Landasan Teori
Berisikan teori-teori mengenai data penelitian.

BAB III Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian

BAB IV Analisis dan Pembahasan
Berisikan analisis dan pembahasan mengenai penelitian

BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Daftar Pustaka

Contoh Laporan Penelitian Kualitatif :

MENUJU KEPUASAN PELANGGAN MELALUI PENCIPTAAN KUALITAS PELAYANAN



BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Dalam artikelnya The New soul and Structure of The Post Management Corporation, Ricard Koch dan Ian Godden memperkirakan pada masa yang akan datang para pelanggan akan semakin memegang peran kunci keberhasilan perusahaan. ini memaksa perusahaan-perusahaan untuk lebih beorientasi eksternal dengan cara memberikan pelayanan dengan mutu sebaik mungkin kepada para pelanggan mereka (Soetjipto, 1997).

Hasil penelitian Pilar (2000) menyimpulkan, bila konsumen yang merasa puas dapat mempengaruhi satu saja teman atau rekannya mengenai kehebatan suatu produk atau jasa yang ditawarkan suatu perusahaan dan akhirnya mendatangkan seorang konsumen atau
pelanggan baru, maka nilai konsumen atau pelanggan yang pertama itu menjadi bertambah
dua kali lipat. Ini yang terkadang tidak disadari oleh banyak pemasar atau perusahaan.

Umumnya masih acuh bagaimana memelihara konsumen atau pelanggan.
Mengutip analisis Elu (1997), bahwa pembelian ulang dan pelanggan-pelanggan yang loyal merupakan faktor utama yang menentukan profitabilitas perusahaan. Pelanggan yang loyal tercipta dari kepuasan akan pelayanan yang mereka peroleh yang selanjutnya tanpa ada paksaan akan kembali untuk melakukan pembelian ulang terhadap produk yang sama dan pelayanan yang sama atau lebih baik dari pertama.

Pelayanan yang bertujuan memperoleh kepuasan pelanggan bukanlah suatu yang
mudah untuk dilakukan, sering didapati masalah-masalah dalam pengelolaan pelayanan
sebuah perusahaan dan ketidakberhasilan memuaskan sebagian besar pelanggan mereka.
Seperti pernyataan Budi (1997) bahwa masalah atau persoalan yang biasa dihadapi
baik oleh perusahaan maupun pelanggan berkaitan dengan mutu layanan yang diberikan
perusahaan kepada pelanggannya adalah sistem layanan yang birokratis, berbelit-belit, dan tidak jelas, kedua, sumber daya manusia perusahaan yang masih belum menyadari arti pentingnya pelanggan bagi keberhasilan perusahaan, pengetahuan dan kemampuan yang kurang, sikap dan perilaku yang belum baik.

Subroto dan Dolly Sutajaya Nasution (2001) menyatakan dari hasil penelitian tentang
pengukuran tingkat kepuasan pelanggan bahwa tingkat kepuasan pelanggan dipengaruhi
secara positif oleh dimensi pelayanan (dimensi empati, kecepat-tanggapan, dan jaminan).

Ketiga hal di atas menjadi indikator untuk menentukan apakah tingkat pelayanan sudah mampu mencapai tingkat kepuasan pelanggan. Empati menunjukkan kepedulian pihak perusahaan kepada pelanggan atau calon pelanggan, kecepat-tanggapan merupakan daya kemampuan memahami apa yang diinginkan pelanggan dari perusahaan, dan jaminan sebagai bentuk kepastian yang diperoleh pelanggan setelah dilakukan transaksi pembelian.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pelayanan pelanggan?
2. Apa bentuk pelayanan?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengertian pelayanan pelanggan.
2. Untuk mengetahui bentuk layanan.


Bab II Landasan Teori


2.1Beberapa Pengertian Pelayanan

Perusahaan sebagai sebuah lembaga bisnis yang mengejar keuntungan atas kegiatan
yang dijalankannya harus pula memperhatikan pelayanan yang diberikan agar kepuasan
pelanggan dapat tercapai.

Menurut Munir (1991) pelayanan adalah aktivitas yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur, dan metode tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan orang lain sesuai dengan haknya. Hal ini
menjelaskan bahwa pelayanan adalah suatu bentuk sistem, prosedur atau metode tertentu yang diberikan kepada orang lain dalam hal ini pelanggan agar kebutuhan pelanggan tersebut dapat terpenuhi sesuai dengan harapan mereka.

Tjiptono (1998) mengemukakan kualitas pelayanan/jasa adalah tingkat keunggulan
yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi
keinginan pelanggan. Menurut pendapat tersebut sebuah kualitas pelayanan atau sebagai
keunggulan-keunggulan yang diberikan perusahaan dalam rangka memnuhi keinginan
pelanggan.

Sedangkan menurut Siagian (1998) pelayanan secara umum adalah rasa menyenangkan yang diberikan kepada orang lain disertai kemudahan-kemudahan dan memenuhi segala kebutuhan mereka. Dengan demikian pelayanan merupakan upaya memberikan kesenangan-kesenangan kepada pelanggan dengan adanya kemudahan-kemudahan agar pelanggan dapat memenuhi kebutuhannya. Payne (2000) menyatakan kualitas jasa berkaitan dengan kemampuan sebuah organisasi untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Menurut Mulyono (1993) pelayanan adalah rasa (menyenangkan atau tidak menyenangkan) yang oleh penerima pelayanan pada saat memperoleh pelayanan.

Dari seluruh defenisi di atas dapat dilihat bahwa kualitas pelayanan dapat
disimpulkan sebagai sebuah tingkat kemampuan (ability) dari sebuah perusahaan dalam
memberikan segala yang menjadi harapan pelanggan dalam memenuhi kebutuhannya.

2.2 Bentuk Pelayanan

Pelayanan seperti diketahui di atas merupakan bentuk memenuhi apa-apa yang
diharapkan pelanggan atas kebutuhan mereka. Pelayanan pada umumnya dibedakan atas dua:
Berbagai bentuk pelayanan secara umum adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan atas produk berbentuk barang, yakni pelayanan yang diberikan perusahaan atas produk perusahaan berupa barang yang berwujud.
2. Pelayanan atas produk berbentuk jasa, yakni pelayanan yang diberikan perusahaan atas produk yang sifatnya tidak berwujud (tidak nyata).

Menurut Lovelock seperti dikutip Tjiptono (2000) pelayanan/jasa dapat
diklasifikasikan berdasarkan lima kriteria, yaitu:
1. Berdasarkan sifat tindakan jasa
2. Berdasarkan hubungan dengan pelanggan
3. Berdasarkan tingkat cutomization dan judgement dalam penyampaian jasa
4. Berdasarkan sifat permintaan dan penawaran jasa
5. Berdasarkan metode penyampaian jasa

Menurut Moenir (1992) bentuk-bentuk dari pelayanan tersebut terdiri dari :
1. Pelayanan dengan lisan
2. Pelayanan dengan tulisan
3. Pelayanan dengan perbuatan

Pelayanan dengan lisan. Dalam pelayanan dengan lisan ini fungsi humas betul-betul
diefektifkan sebagai kepanjangan tangan dari pemberian informasi kepada pelanggan. Dengan kata lain pelayanan lisan adalah komunikasi langsung kepada pelanggan.
Pelayanan dengan tulisan. Pelayanan dalam bentuk tulisan ini dilakukan berdasarkan
pada jarak yang terlalu jauh antara pelanggan dengan produsen. Adapun pelayanan ini dapat digolongkan yaitu pelayanan berupa petunjuk dan pelayanan berupa reaksi tertulis atas permohonan.

Pelayanan dengan Perbuatan. Adapun pelayan yang dilakukan dengan perbuatan
merupakan tindak lanjut dari suatu pekerjaan pada bagian pelayanan agar dapat beradaptasi langsung atau bertatap muka dengan pelanggan. Adanya penerapan bentuk pelayanan yang diberikan secara tidak langsung akan dapat memberikan kepuasan kepada para pelanggan.

2.3 Determinan Pelayanan

Agar pelayanan memiliki kualitas dan memberikan kepuasan kepada pelanggan
mereka, maka perusahaan harus memperhatikan berbagai dimensi yang dapat menciptakan
dan meningkatkan kualitas pelayanannya.
Hasil penelitian yang dilakukan Berry dan kawan-kawan seperti dikutip Payne (2000)
faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan dapat diidentifikasi lima aspek kunci sebagai berikut:
• Faktor fisik (tangibles): fasilitas fisik, perlengkapan, penampilan personil.
• Reliabilitas (reliability): kemampuan melakukan layanan atau jasa yang diharapkan secara meyakinkan, akurat dan konsisten.
• Daya tanggap (responsibility): kemauan memberikan layanan cepat dan membantu
pelanggan.
• Jaminan (assurances): pengetahuan, sopan santun, dan kemampuan karyawan
menyampaikan kepastian dan kepercayaan.
• Empati (emphaty): perhatian individual kepada pelanggan.
Untuk menciptakan kualitas pelayanan yang tinggi, Tjiptono (2000) mengemukakan
secara garis besar strategi pemasaran pelayanan jasa yang pokok berkaitan dengan tiga hal berikut:

Pertama. Melakukan differensiasi kompetitif. Perusahaan jasa dapat
mendeferensiasikan dirinya melalui citra di mata pelanggan, misalnya melalui simbol-simbol dan lambang-lambang yang mereka digunakan. Selain itu perusahaan dapat melakukan deferensiasi kompetitif dalam penyampaian jasa (service delivery) melalui 3 aspek yang dikenal dengan 3P dalam pemasaran jasa, yaitu :
• Orang (people) yang dilatih agar dapat diandalkan.
• Lingkungan fisik (physical environement) yang dikembangkan dengan lebih atraktif,
dan
Kedua. Mengelola kualitas jasa. Mengelola kualitas jasa adalah mengelola gap
(kesenjangan) dalam hal:
• Gap antara harapan pelanggan dengan persepsi manajemen
• Gap antara persepsi manajemen terhadap pelanggan dan spesifikasi kualitas jasa
Ketiga. Mengelola produktivitas. Ada enam pendekatan yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan produktivitas jasa, yaitu:
• Penyedia jasa bekerja lebih keras atau lebih cekatan dari biasanya.
• Meningkatkan kuantitas jasa dengan mengurangi sebagian kualitasnya.

Alma (1998) menyatakan kosumen menginginkan layanan yang baik dengan harapan
sebagai berikut:
1. Kualitas layanan yang konsisten
2. Sikap personil yang selalu ramah
3. Kejelasan suara, gambar, atau cetakan
4. Tidak terlalu sering gangguan, kerusakan, kalaupun ada cepat diperbaiki
5. Successfull Call Ratio (SCR) yang tinggi.


Bab III Metodelogi

Dalam penelitian ini menggunakan metode kuesioner. Setelah kuesioner disusun maka kuesioner disebar kepada para responden untuk mengetahui bagaimana tingkat kepuasan pelanggan sebenarnya. Dengan model pengembangan loyalitas/kepuasan pelanggan di atas, maka dapat diambil suatu keputusan yang bermanfaat bagi manajemen pemasaran perusahaan.


Bab IV Analisis dan Pembahasan


Telah banyak dilakukan riset untuk menentukan kepuasan pelanggan, walaupun ini
bukanlah suatu pekerjaan mudah, namun perusahaan harus melaksanakannya agar pelanggan
selalu merasa puas atas pelayanan yang diberikan.
Menurut McCarthy & Perreault, Jr (1993) upaya untuk mengukur kepuasan
pelanggan merupakan yang sukar, karena bergantung pada tingkat aspirasi dan harapan yang ada. Pelanggan yang kurang beruntung akan mengharap lebih banyak dari suatu
perekonomian pada saat mereka melihat orang lain dengan standar hidup lebih baik. Selain tingkat aspirasi juga cenderung menaik dengan berulangnya keberhasilan dan menurun karena tidak berhasil.
Garvin, Peppard, dan Rowland yang dikutip oleh Tjiptono (2000) menyatakan faktor
yang sering digunakan dalam mengevaluasi kepuasan terhadap suatu produk diantaranya:
1. Kinerja (performance): karakteristik operasi pokok dari produk inti (core product) yang dibeli.
2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features): yaitu karakteristik sekunder atau
pelengkap.
3. Keandalan (reliability): yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal pakai.
4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specification): yaitu sejauh mana
karakteristik desain operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus
digunakan.
6. Serviceability: meliputi kecepatan, komptensi, kenyamana, mudah direperasi, serta
penanganan keluhan yang memuaskan.
7. Estetika: yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.
8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality): yaitu citra rasa dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya”.

Selanjutnya dapat dilihat pula pernyataan Pasuraman seperti dikutip Tjiptono (2000)
bahwa dalam mengevaluasi jasa umumnya pelanggan menggunakan beberapa atribut faktor
berikut:
• Bukti langsung (tangibles) meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana
komunikasi.
• Keandalan (reliability) yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan
segera, akurat, dan memuaskan.
• Daya tanggap (responsibility) yaitu keinginan para staff dan karyawan untuk membantu
pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap
• Jaminan (assurances) mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, kemampuan dan
sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staff, bebas dari bahaya, resiko atau keraguraguan.
• Empati (emphaty): meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang
baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan.
Adapun mengenai kepuasan ini Cravens (1996) lebih mengemukakan pemuasan
pelanggan harus disertai dengan pemantauan terhadap kebutuhan dan keinginan mereka.
Mengidentifikasikan atribut produk dan dukungan pelayanan yang dianggap penting oleh para pembeli pada saat mereka membeli dan menggunakan produk tersebut merupakan tujuan manajemen. kepuasan pelanggan akan dipengaruhi oleh sistem pengiriman produk, performa produk atau jasa, citra perusahaan/produk/merek, nilai harga yang dihubungkan dengan nilai yang diterima pelanggan , prestasi para karyawan, keunggulan dan kelemahan para pesaing.

Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Kottler (1993) yang menyatakan kunci untuk
mempertahankan pelanggan adalah kepuasan pelanggan.
Seorang pelanggan yang puas akan:
1. Membeli lagi
2. Mengatakan hal-yang baik tentang perusahaan kepada orang lain
3. Kurang memperhatikan merek dan iklan produk pesaing
4. Membeli produk lain dari perusahaan yang sama.
Dengan adanya kepuasan yang diperoleh pelanggan, maka pelanggan akan bersikap
loyal kepada perusahaan dan produk yang dihasilkannya. Artinya pelanggan akan terus
bersikap setia walaupun terdapat produk sejenis dari perusahaan lain.

Untuk mewujudkan kepuasan pelanggan dikembangkan suatu model pengembangan
dan penggunaan kuesioner kepuasan pelanggan seperti dikatakan Supranto (1997) adalah:
1. Menentukan kebutuhan pelanggan
Pengetahuan tentang kebutuhan pelanggan sangat penting, ditinjau dari dua alasan
berikut:
Pertama: Pengetahuan ini akan memberikan suatu pemahaman yang lebih baik
mengenai cara pelanggan mengartikan mutu barang atau jasa yang dijual. Apabila perusahaan mampu memahami kebutuhan pelanggan, perusahaan akan berada dalam posisi yang lebih baik untuk mengetahui bagaimana seharusnya memuaskan pelanggan.
Kedua: Pengetahuan ini akan memudahkan pengembangan kuesioner kepuasan
pelanggan. Pertanyaan-pertanyaan harus dapat menunjukkan kepuasan pelanggan yang mana
tergantung setiap dimensi mutu tertentu.
Menurut Zeithaml, Pasuraman dan Berry seperti dikutip Supranto (1997) ada lima
dimensi mutu pelayanan/kebutuhan pelanggan:
a.Dapat diaraba (tangibles)
b.Andal (reliability)
c.Ketanggapan (responsiveness)
d.Jaminan (assurances)
e.Empati (empathy)
Artinya dengan kelima dimensi di atas menjadi indikator apa yang diharapkan oleh
pelanggan dalam pelayanan yang diberikan perusahaan. Untuk itu perusahaan harus mampu
mewujudkan kelima dimensi di atas.


Bab V Penutup


5.1 Kesimpulan

Mungkin pada masa lalu, perasaan orang tidak terlalu dipertimbangkan oleh dunia
usaha. Namun pada masa kini, perasaan menjadi hal yang utama. Alasannya, bila melihat
sumber dari perasaan konsumen, setiap kontak yang dilakukan ketika mengeluarkan uang
sebagai seorang konsumen akan mninggalkan kesan. Sayangnya seringkali perusahaan tidak menyadari kesan itu, atau dapat dikatakan netral. Apa yang terjadi pada kontak tersebut tidak memiliki arti, tidak buruk, juga tidak istimewa dan tidak berdampak apapun.
Namun kadangkala sebagai konsumen-pelanggan, mendapatkan perlakuan di bawah
standar yang diharapkan. Bila diabaikan, diperlakukan secara kasar, atau diperlakukan secara tidak adil, maka dalam diri pelanggan akan timbul perasaan marah, frustasi atau kecewa.
Tidak mau lagi berhubungan dengan siapapun yang telah memperlakukan seperti itu. Pada
kesempatan lain, perhatian yang diterima sebagai konsumen-pelanggan sangat istimewa.
Orang yang melayani hangat, bersahabat dan penuh perhatian, menghormati konsumen.,
menyelesaikan persoalan konsumen, dan terlihat sangat memahami produk/jasa yang
ditawarkannya. Setelah kontak seperti itu, dalam diri konsume-pelanggan akan timbul
perasaan positif, konsumen-pelanggan diperlakukan dengan baik, dihargai dan tentu saja ingin mengulangi pengalaman menyenangkan tersebut.

Dengan demikian pelayanan adalah suatu hal penting dalam mewujudkan kepuasan
dan loyalitas pelanggan. Perusahaan-perusahaan yang mampu mewujudkan pelayanan ini
akan mendapatkan tempat di mata pelanggan, dan sebaliknya, perusahaan yang mengabaikan
pelayanan akan ditinggalkan pelanggan.


5.2 Daftar Pustaka

Alma, Buchari. 1998. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Alfabeta. Bandung.
Diana, Anastasia, dan Fandy Tjiptono. 1998. “Penerapan Sistem Kualitas Dalam Industri Jasa
Berdasarkan Konsep Total Quality Service”. Manajemen Usahawan-Lembaga
Management FE UI. Jakarta.
Elu, Wilfridus B. 1997. “Membangun Keunggulan Melalui Relationship Marketing”.
Manajemen Usahawan-Lembaga Management FE UI. Jakarta.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil penulisan diatas mengenai laporan, dapat disimpulkan bahwa laporan adalah sebagai informasi tertulis yang dimaksudkan sebagai pertanggungjawaban atas sesuatu penugasan. Laporan juga dapat dikatakan sebagai sesuatu macam dokumen yang disampaikan atau menyampaikan informasi mengenai sebuah masalah yang telah atau tengah diselidiki, dalam bentuk fakta-fakta yang diarahkan kepada pemikiran atau tindakan yang akan diambil.


3.2 Daftar Pustaka

http://www.docstoc.com/docs/25152803/SISTEMATIKA-LAPORAN
http://id.wikipedia.org/wiki/laporan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar