Kamis, 26 Mei 2011

Tugas Softskill 5

Nama : Angga Kurniawantoro
NPM : 10208136
Kelas : 3EA10
Mata Kuliah : B.Indonesia 2


Resensi


1.1 Pengertian Resensi

Resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere. Artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai. Arti yang sama untuk istilah itu dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie, sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review. Tiga istilah itu mengacu pada hal yang sama, yakni mengulas buku. Tindakan meresensi dapat berarti memberikan penilaian, mengungkap kembali isi buku, membahas, atau mengkritik buku. Dengan pengertian yang cukup luas itu, maksud ditulisnya resensi buku tentu menginformasikan isi buku kepada masyarakat luas.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia mengartikan resensi sebagai ”Pertimbangan atau pembicaraan buku, ulasan buku Gorys Keraf mendefinisikan resensi sebagai ”Suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku” (Keraf, 2001 : 274).


1.2 Tujuan Resensi

Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.

1.3 Unsur-Unsur Penyusunan Resensi

Menurut Daniel Samad (1997: 7-8) menjelaskan unsur-unsur resensi sebagai berikut:
a. Menentukan Judul Resensi
Judul resensi diharuskan menarik dan benar-benar menjiwai seluruh tulisan, tidak harus ditetapkan terlebih dahulu. Judul dapat dibuat sesudah resensi selesai.

b. Menyusun Data Buku Resensi
Penyusunan data buku sangatnya penting, hal ini untuk memberitahu kepada para pembacanya dan mudah diingat. Dalam hal ini, biasanya meliputi sebagai berikut: judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit beserta cetakannya (cetakan ke berapa), tebal buku, dan harga buku.

c. Membuat Pembukaan
Pembuatan pembukaan suatu resensi meliputi: memperkenalkan pengarangnnya, membandingkan antara karyanya berupa buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pengarang lain, merumuskan tema buku, mengungkapkan kritik terhadap kelebihan dan kelemahan bukunya.

d. Isi Resensi Buku
Isi resensi antara lain: sinopsis, ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya, keunggulan buku, kelemahan buku, rumusan kerangka buku, tinjauan bahasa yang digunakan.

e. Penutup Resensi Buku
Penutup resensi buku berisikan kesimpulan dari resensi buku yang dibuatnya.

1.4 Penutup

1.4.1 Kesimpulan


Resensi adalah suatu karangan atau tulisan yang mencakup judul, identitas buku, pembukaan mengenai kepengarangan, isi resensi, dan penutup resensi tersebut yang diberikan kepada para pembaca, agar menarik minat para pembaca untuk menbacanya dan membelinya.

1.4.2 Daftar Pustaka

http://ulas-buku.blogspot.com/2010/11/sisi-tak-terungkap-sejarah-bangsa.html

Contoh Resensi:
Sisi Tak Terungkap Sejarah Bangsa




Judul : Menguak Misteri Sejarah
Penulis : Asvi Warman Adam
Penerbit : Penerbit Buku Kompas
Terbit : I, 2010
Halaman : xii + 292 Halaman
Harga : Rp. 40.800


Sebuah historiografi sulit untuk netral. Berbagai kepentingan selalu berlibat-libat di situ. Jadi tidak mudah untuk mengetahui sejarah dengan lurus. Metodologi penulisan yang ketat menjadi sebuah keharusan di situ.

Buku yang ditulis oleh Asvi Warman Adam ini memang tidak berpretensi untuk meluruskan sekian banyak peritiwa sejarah yang terjadi di tanah air. Namun, dari artikel-artikel yang ditulisnya, pembaca dapat mengetahui kisah-kisah tidak terungkap sampai persolan-persoalan yang terkait dalam sejarah Indonesia.

Membaca kisah-kisah tidak terungkap dalam buku ini, pembaca akan merasa seperti menikmati mozaik sejarah yang belum banyak diketahui secara luas. Sebut saja kisah mengenai Ibrahim Yacoob yang pernah menggagas penyatuan Malaysia ke Indonesia (halaman 32-35).

Meskipun gagasan itu tidak pernah terwujud, namun pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa itu ialah, masih dapat dilakukannya kerja sama positif antara Malaysia dan Indonesia. Jadi, seruan perang ketika hubungan antara keduanya memanas, bukanlah rekomendasi yang tepat.

Tentu saja hubungan antara keduanya harus dilakukan dengan menghormati prinsip-prinsip kesejajaran. Lebih penting lagi, kerja sama itu harus mendatangan manfaat dan keuntungan bagi kedua belah pihak secara seimbang.

Contoh mozaik lainnya adalah bahwa Pramoedya Ananta Toer, yang pernah dicalonkan sebagai penerima hadiah Nobel, ternyata tidak hanya seorang sastrawan, tetapi juga seorang sejarawan.

Dalam catatan Asvi, Pramoedya pernah mengumpulkan sejumlah bahan tulisan mengenai gerakan nasionalis yang terjadi antara tahun 1898-1918. Bahan yang disusun oleh Pramoedya tersebut kemudian menjadi diktat kuliah yang diberi judul Sejarah Modern Indonesia.

Menurut Asvi wajar jika Pramoedya disebut sebagai sejarawan, sebab ia selalu membawa peristiwa sejarah dengan perspektif baru. Di sinilah Pramoedya berusaha mengurangi cara kekuasaan "mengonstruksi" kebenaran. Baginya fakta adalah rekan kekuasaan.

Banyak topik menarik seputar sejarah dan penulisan sejarah yang ditulis dalam buku ini, mulai dari kontroversi pemberian gelar pahlawan, terlupakannya orang-orang penting dalam sejarah, hingga berbagai percikan persoalan seputar sejarah bangsa.

Sejumlah materi yang disampaikan dalam buku ini pun terbilang aktual, misalnya saja simpul-simpul masalah seputar kasus bank Century hingga perdebatan mengenai pemberian gelar pahlawan. Inilah yang membuat buku ini "dekat" dengan kekinian.

Dari kumpulan tulisan Asvi ini sebenarnya pembaca dapat memahami bahwa penulisan sejarah tidak pernah lurus, artinya selalu ada kekuasaan yang menempel padanya.

Tidak mengherankan jika kemudian penulisan sejarah selalu memihak kepada kekuasaan. Bergantinya rezim akan berganti pula penulisan sejarah, di sana ada mistifikasi fakta maupun kebenaran yang ditutup-tutupi. Wajar saja jika sejarah dibaluti kontroversi serta misteri tak terungkap.

Dalam buku ini beberapa kali terjadi pengulangan "cerita" dalam tulisan yang berbeda. Penyebabnya, tulisan-tulisan tersebut merupakan artikel yang satu sama lain sebenarnya terpisah. Jika saja proses editing dilakukan dengan baik, mungkin hal itu tidak akan terjadi.***


Dimuat di HU KORAN JAKARTA, November 2010

a. Kekurangan Resensi
Beberapa kali terjadi pengulangan "cerita" dalam tulisan yang berbeda.

b. Kelebihan Resensi
Sejumlah materi yang disampaikan dalam buku ini pun terbilang aktual,

c. Kesimpulan Resensi
Kesimpulan dalam resensi ini adalah bahwa penulisan sejarah tidak pernah lurus, artinya selalu ada kekuasaan yang menempel padanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar